Berbakti kepada orang tua adalah salah satu pilar utama dalam ajaran Islam, bahkan menjadi kewajiban yang sangat ditekankan setelah perintah menyembah Allah SWT semata. Ini bukan sekadar anjuran, melainkan perintah langsung dari Sang Pencipta. Mengapa begitu penting? Karena orang tua adalah jembatan bagi kita untuk hadir di dunia ini, mereka telah mencurahkan waktu, tenaga, cinta, dan air mata demi pertumbuhan dan kebahagiaan kita. Kasih sayang mereka tak terhingga, melebihi apa pun yang bisa kita bayangkan.
Allah SWT secara tegas memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al-Qur'an. Dalam Surah Al-Isra' ayat 23-24, Allah berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.'" Ayat ini menunjukkan betapa detailnya perintah untuk berbakti, bahkan melarang ucapan "ah" yang bisa menyakiti hati mereka.
Pakar agama Islam selalu menekankan bahwa bakti kepada ibu memiliki derajat yang lebih tinggi. Sebuah hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim mengisahkan seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya, "Siapakah orang yang paling berhak aku bergaul dengan baik?" Nabi menjawab, "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Nabi menjawab, "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Nabi menjawab, "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Nabi menjawab, "Ayahmu." Ini menunjukkan betapa besar pengorbanan seorang ibu dan betapa agungnya kedudukannya.
Berbakti kepada orang tua tidak selalu tentang memberikan harta yang banyak. Bakti sesungguhnya tercermin dari sikap, perkataan, dan perbuatan kita sehari-hari. Mendengarkan nasihat mereka, tidak membantah dengan kasar, mengunjungi mereka secara berkala (jika berjauhan), membantu pekerjaan rumah tangga, dan mendoakan mereka adalah bentuk-bentuk bakti yang sangat mulia. Bahkan, seringkali perhatian kecil dan senyuman tulus jauh lebih berarti bagi mereka.
Seringkali, konflik timbul karena perbedaan pandangan antar generasi. Misalnya, seorang anak ingin merantau untuk bekerja, tetapi orang tuanya khawatir dan melarang. Jika anak langsung membantah atau pergi tanpa izin, ini bisa melukai hati mereka. Penyelesaiannya adalah komunikasi yang baik dan penuh hormat. Jelaskan alasanmu dengan lembut, yakinkan mereka tentang rencana dan keamananmu, serta mintalah doa restu. Jika larangan mereka didasari kekhawatiran yang valid, pertimbangkanlah nasihat mereka. Ridha orang tua adalah ridha Allah.
Seorang anak yang sibuk dengan pekerjaannya, terkadang lupa untuk meluangkan waktu bersama orang tuanya. Telepon singkat atau pesan teks mungkin terasa cukup, namun sentuhan pribadi seringkali lebih dihargai. Kasus seperti ini sering terjadi di era modern. Solusinya adalah menjadwalkan waktu khusus untuk mereka, bahkan jika itu hanya satu jam dalam seminggu untuk makan bersama atau sekadar mengobrol tanpa gangguan. Ingatlah, mereka tidak akan selamanya ada di sisi kita.
Selain di dunia, bakti kepada orang tua juga terus berlanjut hingga mereka wafat. Setelah mereka tiada, bakti kita diwujudkan dengan mendoakan ampunan dan rahmat bagi mereka, menunaikan janji-janji mereka (jika ada), menyambung silaturahmi dengan kerabat dan teman-teman mereka, serta bersedekah atas nama mereka. Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim). Anak saleh yang mendoakan adalah puncak bakti yang tak lekang oleh waktu.
Para ulama salaf, generasi terdahulu yang saleh, adalah teladan dalam berbakti. Kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang tidak pernah makan bersama ibunya agar tidak mendahului mengambil makanan di piring yang sama, menunjukkan betapa hati-hatinya mereka dalam berbakti. Mereka memahami bahwa berbakti kepada orang tua bukan hanya kewajiban, tetapi juga kunci keberkahan hidup, kelancaran rezeki, dan kemudahan dalam segala urusan.
Pada akhirnya, berbakti kepada orang tua adalah investasi terbaik kita di dunia dan akhirat. Itu adalah jalan menuju ridha Allah, pintu surga yang paling tengah. Mari kita senantiasa merenungi kasih sayang mereka, meminta maaf atas segala khilaf, dan berupaya memberikan yang terbaik selagi mereka masih ada. Jangan tunda bakti, karena waktu terus berjalan dan kesempatan tidak akan datang dua kali. Sudahkah kita menelepon atau mengunjungi orang tua kita hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar