Penundaan, atau yang sering kita sebut "mager", adalah penyakit umum yang menyerang banyak dari kita. Rasanya seperti ada tangan tak terlihat yang menarik kita mundur, menjauh dari tugas yang seharusnya kita kerjakan. Kita tahu itu tidak baik, tapi entah mengapa, godaannya begitu kuat. Padahal, waktu terus berjalan dan tak akan menunggu kita. Dalam Islam, waktu sangat dihargai. Rasulullah ﷺ bersabda, "Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu." (HR. Al-Hakim, disahihkan oleh Al-Albani). Hadis ini jelas mengingatkan kita tentang pentingnya setiap detik yang kita miliki.
Seringkali, mager muncul karena kita merasa tugas terlalu besar atau terlalu membosankan. Misalnya, seorang mahasiswa harus menulis skripsi yang tebalnya ratusan halaman. Melihat tumpukan buku dan target yang besar, rasa malas langsung datang. Akhirnya, waktu berharga terbuang begitu saja. Solusinya adalah memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Mulailah dengan langkah pertama yang paling kecil, bahkan sekadar membuka laptop atau membaca satu paragraf. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Pakar agama Islam sering menekankan bahwa niat adalah fondasi dari setiap perbuatan. Jika niat kita lurus, hanya untuk mencari rida Allah dan memberikan manfaat, maka semangat akan lebih mudah datang. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Insyirah ayat 7-8, "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." Ayat ini seolah menjadi dorongan keras untuk tidak berlama-lama dalam jeda, melainkan terus bergerak dan berikhtiar.
Lalu, bagaimana jika rasa malas itu datang dari godaan duniawi seperti media sosial atau hiburan? Contohnya, kita berencana menyelesaikan laporan penting, tapi tiba-tiba notifikasi ponsel berbunyi dan kita terjebak dalam gulungan media sosial berjam-jam. Ini adalah kasus klasik penundaan karena gangguan. Penyelesaiannya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung fokus. Singkirkan gangguan sebisa mungkin, matikan notifikasi, atau gunakan aplikasi yang memblokir situs tidak relevan untuk sementara waktu.
Aspek spiritual juga berperan besar dalam melawan mager. Ketika iman kita kuat, kita akan lebih termotivasi untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kemalasan. Mengingat bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan di akhirat bisa menjadi pemicu yang kuat. Imam Ghazali, seorang ulama besar, banyak membahas tentang penyakit hati, termasuk kemalasan. Beliau menekankan pentingnya introspeksi diri dan melatih jiwa agar senantiasa dekat dengan Allah, yang pada gilirannya akan menjauhkan kita dari sifat menunda-nunda.
Seorang karyawan yang merasa bosan dengan rutinitas kerjanya mungkin cenderung menunda tugas. Ia melihat pekerjaannya hanya sebagai kewajiban semata, bukan sebagai ladang pahala atau kesempatan untuk berkembang. Jika kasusnya seperti ini, solusinya adalah mengubah perspektif. Niatkan pekerjaan sebagai ibadah, sebagai upaya mencari nafkah halal untuk keluarga, atau sebagai sarana untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan niat yang benar, pekerjaan yang tadinya terasa berat bisa menjadi lebih ringan dan bermakna.
Rasulullah ﷺ sendiri sering berdoa memohon perlindungan dari kemalasan. Salah satu doa yang diajarkan beliau adalah, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat kikir dan pengecut, serta dari lilitan utang dan penindasan orang." (HR. Bukhari). Doa ini menunjukkan bahwa kemalasan adalah hal yang perlu kita hindari dan memohon pertolongan Allah adalah salah satu cara untuk mengatasinya.
Kuncinya adalah disiplin dan konsistensi. Mager adalah kebiasaan, dan kebiasaan bisa diubah. Mulailah dengan membangun rutinitas yang baik. Tetapkan waktu khusus untuk bekerja atau belajar, dan patuhi jadwal itu sebisa mungkin. Jika hari ini kita menunda, jangan biarkan itu menjadi kebiasaan. Segera bangkit dan perbaiki di hari berikutnya. Jangan terlalu keras pada diri sendiri jika sesekali gagal, yang penting adalah semangat untuk terus mencoba.
Pada akhirnya, menghindari penundaan dan mager adalah perjuangan berkelanjutan yang membutuhkan kesabaran dan tekad. Ini adalah bagian dari jihad melawan hawa nafsu. Dengan memohon pertolongan Allah, meluruskan niat, memecah tugas, menghilangkan gangguan, dan membangun kebiasaan baik, kita bisa menjadi pribadi yang lebih produktif, tidak hanya untuk urusan dunia, tetapi juga sebagai bekal berharga untuk kehidupan abadi kita di akhirat. Apa langkah kecil pertama yang akan kamu lakukan hari ini untuk melawan mager?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar