Mengapa Integritas Guru Begitu Lemah?

astutiamudjono.wordpress.com | Sabtu, Desember 14, 2013 |
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Yang dilandasi hakekat dan tujuan pendidikan.Berarti ia memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan , atau pun sifat-sifat lain yang melekat pada diri pendidik. Kenyataan, betapa lemahnya integritas guru terhadap pekerjaannya, betapa lemahnya amanah yang diemban oleh guru, dan belum bisa dijadikan teladan. Tiap tahun ada berbagai bentuk kecurangan dan pelanggaran pada saat pelaksanaan UN. Sehingga system pendidikan jadi rusak. Pentingnya Pendidikan berkarakter. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang system Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karakter bisa diubah melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan ayat yang berbunyi:…. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri sendiri….. (Ar Ra’d/13;11) Platform pendidikan berkarakter bangsa Indonesia dipelopori oleh Ki Hajar Dewantoto, walaupun belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh bangsa ini. Yang berbunyi: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mbangun karsa, Tut wuri handayani. Di depan memberikan teladan, di tengah membangun kehendak, dan dibelakang memberikan dorongan. Selain itu guru juga memiliki makna “digugu dan ditiru” (dipercaya dan dicontoh) Hal ini secara tidak langsung memberikan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu profil dan penampilan guru harus menjadi teladan bagi peserta didiknya. Gambaran pendidikan berkarakter bisa dilihat pada syair tembang Dhondhong apa Salak Tembang tersebut mempunyai filosofi dan nilai yang tinggi dan bermakna. Buah kedondong kulitnya halus tapi dalamnya berduri, buah salak, kulitnya kasar tapi dalamnya halus. Keduanya tidak dipilih, yang dipilih buah duku yang kecil, kulitnya halus, dalamnya juga halus. Naik bendi tidak dipilih karena menyakiti hewan, naik becak tidak dipilih karena memeras tenaga manusia. Yang dipilih berjalan pelan-pelan. Jadi betapa indahnya jika nilai pendidikan berkarakter yang ada pada tembang tersebut melekat pada diri insan yang hidup di dunia ini. Di sisi lain juga menggambarkan betapa pentingnya mengarungi aktivitas kehidupan didasarkan kemampuan sendiri tanpa harus memberatkan , merugikan, menyusahkan atau menyengsarakan pihak lain. Kita dapat belajar dari kisah nabi Musa AS dengan Khidir. Khidir sebagai guru dalam mendidik Musa( muridnya) ingin membangun landasan yang kokoh , yaitu membentuk karakter yang kuat pada murid, sehingga ujian mental,terutama kesabaran, kedisiplinan, keuletan yang ditanamkan oleh guru kepada muridnya. Disini terlihat bahwa dalam membangun karakter yang kuat membutuhkan suatu proses tertantu sehingga nilai-nilai yang ditanamkan dapat mengakar. Dari pernyataan tersebut tampak relevan jika tenaga pendidik atau guru harus memiliki karakter yang kuat dalam menjalankan tugasnya di bidang pendidikan . Guru harus memiliki kepribadian khusus yang menjadi ciri khas atau yang membedakan dengan profesi yang lain. Sumber dari Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas M. Furqon Hidayatullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...