Saya mencoba merangkai apa yang saya
rasakan dan lihat di museum ini. Setelah turun dari Bus yang kami serbu pertama
kali adalah Toilet, maklum saat itu udara 9 derajat celcius bagi orang
Indonesia membuat orang cepat merasa ingin pipis lagi pipis lagi.
Sebelum masuk obyek wisata tour
leader kami yang asli orang Turkiye
langsung stand by di tempat yang strategis dan memberi info teknisnya
supaya tidak tersesat, disiplin dan menikmati travelling ini dengan enjoy. Toilet
ada dimana, tempat wudhu, letak masjid, dan views yang bagus untuk ambil foto.
Tour leader kami yang bernama Bulent
ini sangat menguasai kisah dari tiap obyek wisata yang kami kunjungi, setengah
jam sebelum sampai tempat tujuan dia sudah nyerocos dengan bahasa Inggris yang
fasih menjelaskan Mevlana Muzesi dengan gamblang.
Kubah Hijau tortoise khas Museum Mevlana Rumi
Kubah Hijau tortoise khas Museum Mevlana Rumi
Mevlana Muzesi, adalah sebuah situs yang terletak di seberang Gunung Aleaddin di kelilingi masjid-masjid dan makam-makam. Setiap tahun, ribuan orang tanpa memperhatikan hari apa, datang mengunjunginya, untuk mendapatkan sesuatu, untuk mendapatkan inspirasi, untuk mencoba mempelajari misteri umat manusia. Saat ini, Maulana Jalaluddin Rumi adalah cahaya harapan di dunia yang pesimis ini tidak hanya bagi umat Muslim tapi untuk semua umat manusia.
Kami
langsung menuju pintu museum yang megah mengambil plastik sebagai alas kaki,
karena bukan musim liburan dan hari kerja jadi suasana tidak terlalu ramai kami
bisa masuk dengan leluasa dan sayup terdengar musik seruling khas sufi yang
syahdu sehingga mampu membuat hati ini tersentuh hingga meneteskan airmata.
Mulut ini komat kamit mengucap salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
karena ajarannya yang meluas di muka bumi dan sungguh Islam menjadi rahmatan
lilalamin. Gedung utama itu memang menyatu antara makam Rumi, ayahnya dan anak
cucunya dengan museum dimana dipajang berbagai macam Al’Quran dengan berbagai
ukuran dan sebagian benda peninggalan Rasul yang diklaim dan dipamerkan di
museum tersebut.
Bagian dalam dari museum dengan makam Mevlana https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5966174853131489125#
Bagian dalam dari museum dengan makam Mevlana https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5966174853131489125#
Ruangan
dalam makam dihiasi dengan kaligrafi indah dan dilapisi relif-relif.
Ruangan itu untuk menghormati para darwis yang menemani Maulana dan keluarganya
dalam perjalanannya menuju Turki. Di sana ada juga monumen untuk mengingat
beberapa anggota terpandang dalam ordo Maulana yang diletakkan di podium yang
tinggi.
Museum
ini juga dulunya merupakan rumah pondokan bagi para darwis (praktisi Sufi) ordo
Maulana. Maulana (Rumi) menginspirasi berdirinya darwis ordo Maulana atau
darwis ordo Maulana atau Darwis Berputar, dinamakan demikian karena upacara
mereka yang disebut Sema, dimana mereka mengingat Allah melalui gerakan-gerakan
berputar.
Maulana
lahir pada tanggal 30 September 1207, di Belkh (Balkh) Afghanistan sekarang
ini. Ayahandanya Baha ud-Din Walad adalah seorang cendikiawan. Ayah Maulana
beserta seluruh keluarganya dan sekelompok pengikutnya pindah dan menetap
selama tujuh tahun di Karaman sebelah selatan Turki tengah. Di sana, pegawai
pemerintahan menyambut dan menunjukkan rasa hormat yang
mendalam pada Maulana dan Ayahandanya. Selanjutnya, karena
undangan yang terus menerus dari sultan Seljuk, Ala’ al-Din Kayqubad,
keluarga Maulana pindah ke Koniah, Turki dan akhirnya menetap di sana.
Selama masa hidupnya Maulana lebih banyak tinggal di Koniah dan membuat karyanya di sana. Karya terbesarnya adalah “Masnawi” enam volume. Berisi kira-kira 27,000 baris puisi Persia, berisi dongeng kehidupan sehari-hari, ayat-ayat Al-Quran, Hadis (perkataan Nabi), dan metafisik. Tema utama karya Maulana adalah kerinduan dan kebahagiaannya menyatu dengan Sang Ilahi Tercinta. “Masnawi”, menurut penyairnya sendiri, berarti “akar dari akar dari akar agama”.
Sementara bagi umat Muslim, hasil karya Maulana telah dinyatakan semacam Al-Quran Agung kedua yaitu, seperti kitab suci orang Turki, Al-Quran yang Agung dan menjadi pemandu bagi manusia menuju jalan Masnawi.
Kotak tempat tersimpannya jengggot Nabi Muhammad SAW
Sumber: https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5966174853131489125
Selesai
memandangi pameran dan tak lupa mencium aroma harum dari sebuah kotak kaca yang
diyakini di dalam kotak tersebut berisi jenggot nabi Muhammad kami meninggalkan
gedung utama, dan menuju ruang diorama, yang memamerkan sebagian besar
peralatan makan, dan peninggalan lain dari Mevlana dan pengikutnya, termasuk
visual dari Tarian Sema, tarian ritual. Sema dipentaskan dengan musik yang
dimainkan dengan alat musik seperti kemence, yaitu sejenis biola
kecil dengan tiga senar, halile, sebuah simbal kecil, daire, sejenis tamborin,
dan yang lainnya. Maulana sendiri adalah seorang pecinta musik, pernah
memainkan alat-alat musik ini.
Berfoto halaman luar Mevlana Muzesi 19-02-2014
Berfoto halaman luar Mevlana Muzesi 19-02-2014
Berfoto di replika tungku dapur Mevlana Rumi bersama adik tercinta
Sayang
ketika kami mengunjungi museum ini ada beberapa bagian yang sedang direnovasi
termasuk, masjid yang berada di sebelah kanan museum, dimana kami sempat sholat
sebelum melanjutkan perjalanan ke Sultanhani Caravanserai.
Perjalanan yang luar biasa, untuk liburan sambil belajar sejarah. salut untuk Bunda..
BalasHapusCikgu Namin, alhamdulillah dapat bonus dari adik untuk bisa nengok keponakan yang kebetulan kuliah disana dengan bea siswa dari pasiat atau sekolah Turki yang ada di Indonesia.
BalasHapusMantap sekali Ustadzah ini, Blog nya kereeen, artikelnya sangat meningkatkan apresiasi, menyemangati, anak-anak muda pasti malu jika sampai hari ini belum punya dan mau ngeblog. Teruslah bermanfaat Bu Ustadzah, semoga terus sehat dan sehat terus
BalasHapusAlhamdulillah Pak Subhan sudah singgah disini, berharap bisa meninggalkan jejak untuk anak cucu, syukur kalau bermanfaat. terima kasih ya Pak untuk apresiasinya.
HapusSaya senang dengan kekayaan sejarah yang tersimpan di Turki. Ingin sekali rasanya dapat anugerah travelling.. hehe. #ngarep.
BalasHapusInsyaallah Pak, kalau rezeki ngga kemana. Suatu saat Bapak bisa travelling sesuai dengan kehendak Allah.
Hapushuhuhu....pengen...indah banget...
BalasHapushayuk nabung atau minimal ngimpi dan doa insyaallah akan diberi kemudahan oleh Allah bisa samapai ke sana.
HapusMakasih sudah singgah mba Enci
Wow sangat indah ya Bund,,,perjalan di kota Turki. Senang sekali membaca kisah kota Turki yang indah.
BalasHapusAlhamdulillah ingin bisa dibukukan perjalanan ini. doanya ya
Hapussuka sekali dengan Blog-mu uti, laporan perjalanan yang menarik dan mengalir,..jempol untuk uti..
BalasHapusMakasih sdh singgah. berharap bisa jadi buku nich..yuk bantuin bikin outlinenya hehe
HapusDuh senangnya bisa begitu dekat menyentuh sisa kehidupan dari Jalaluddin Rumi. Saya adalah pengagum puisi-puisi dan aforisme beliau.
BalasHapusIya mba. Ketika kita berada di sana.. pasti kita namgis teringat perjuangan Rasul dan juga para sahabatnya. Apa lagi sisa sisa kekayaan dan kejayaan Islam sangat jelas jejaknya sayang saat ini negara Turki lebih ke serkuler yang memisahkan agama dan dunia
Hapus