Jalan jalan ke Mevlana Muzesi

astutiamudjono.wordpress.com | Senin, Maret 03, 2014 |
Alhamdulillah, setelah dari Hanem art pagi ini kami bisa mengunjungi Mevlana Muzesi. Obyek wisata bersejarah di Konya Turki. Museum ini sekaligus makam dari tokoh sastra tasawuf Maulana Jalaluddin Ar-Rumi. Karya besarnya sangat diminati oleh kalangan muslim dan non muslim.


Saya mencoba merangkai apa yang saya rasakan dan lihat di museum ini. Setelah turun dari Bus yang kami serbu pertama kali adalah Toilet, maklum saat itu udara 9 derajat celcius bagi orang Indonesia membuat orang cepat merasa ingin pipis lagi pipis lagi.


Sebelum masuk obyek wisata tour leader kami yang asli orang Turkiye  langsung stand by di tempat yang strategis dan memberi info teknisnya supaya tidak tersesat, disiplin dan menikmati travelling ini dengan enjoy. Toilet ada dimana, tempat wudhu, letak masjid, dan views yang bagus untuk ambil foto.

Tour leader kami yang bernama Bulent ini sangat menguasai kisah dari tiap obyek wisata yang kami kunjungi, setengah jam sebelum sampai tempat tujuan dia sudah nyerocos dengan bahasa Inggris yang fasih menjelaskan Mevlana Muzesi dengan gamblang.
                  Kubah Hijau tortoise khas Museum Mevlana Rumi 

                  
Mevlana Muzesi, adalah sebuah situs yang terletak di  seberang Gunung Aleaddin di kelilingi masjid-masjid dan makam-makam. Setiap tahun, ribuan orang tanpa memperhatikan hari apa, datang mengunjunginya, untuk mendapatkan sesuatu, untuk mendapatkan inspirasi, untuk mencoba mempelajari misteri umat manusia. Saat ini, Maulana Jalaluddin Rumi adalah cahaya harapan di dunia yang pesimis ini  tidak hanya bagi umat Muslim  tapi untuk semua umat manusia. 
Kami langsung menuju pintu museum yang megah mengambil plastik sebagai alas kaki, karena bukan musim liburan dan hari kerja jadi suasana tidak terlalu ramai kami bisa masuk dengan leluasa dan sayup terdengar musik seruling khas sufi yang syahdu sehingga mampu membuat hati ini tersentuh hingga meneteskan airmata. Mulut ini komat kamit mengucap salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena ajarannya yang meluas di muka bumi dan sungguh Islam menjadi rahmatan lilalamin. Gedung utama itu memang menyatu antara makam Rumi, ayahnya dan anak cucunya dengan museum dimana dipajang berbagai macam Al’Quran dengan berbagai ukuran dan sebagian benda peninggalan Rasul yang diklaim dan dipamerkan di museum tersebut.
 Bagian dalam dari museum dengan makam Mevlana https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5966174853131489125#

Ruangan dalam makam  dihiasi dengan kaligrafi indah dan dilapisi relif-relif. Ruangan itu untuk menghormati para darwis yang menemani Maulana dan keluarganya dalam perjalanannya menuju Turki. Di sana ada juga monumen untuk mengingat beberapa anggota terpandang dalam ordo Maulana yang diletakkan di podium yang tinggi.
Museum ini juga dulunya merupakan rumah pondokan bagi para darwis (praktisi Sufi) ordo Maulana. Maulana (Rumi) menginspirasi berdirinya darwis ordo Maulana atau darwis ordo Maulana atau Darwis Berputar, dinamakan demikian karena upacara mereka yang disebut Sema, dimana mereka mengingat Allah melalui gerakan-gerakan berputar.

Maulana lahir pada tanggal 30 September 1207, di Belkh (Balkh) Afghanistan sekarang ini. Ayahandanya Baha ud-Din Walad adalah seorang cendikiawan. Ayah Maulana beserta  seluruh keluarganya dan sekelompok pengikutnya pindah dan menetap selama tujuh tahun di Karaman sebelah selatan Turki tengah. Di sana, pegawai pemerintahan menyambut  dan menunjukkan  rasa hormat yang mendalam  pada Maulana  dan Ayahandanya. Selanjutnya,  karena undangan yang terus  menerus dari sultan Seljuk, Ala’ al-Din Kayqubad, keluarga Maulana pindah ke Koniah, Turki dan akhirnya menetap di sana.

Selama masa hidupnya Maulana lebih banyak tinggal di Koniah dan membuat karyanya di sana. Karya terbesarnya adalah “Masnawi” enam volume. Berisi kira-kira  27,000 baris puisi Persia,  berisi dongeng kehidupan sehari-hari,  ayat-ayat Al-Quran, Hadis (perkataan Nabi), dan metafisik. Tema utama karya Maulana adalah kerinduan dan kebahagiaannya  menyatu dengan Sang Ilahi Tercinta. “Masnawi”,  menurut penyairnya sendiri,  berarti “akar dari akar dari akar agama”.

Sementara bagi umat Muslim, hasil karya Maulana telah dinyatakan semacam Al-Quran Agung kedua yaitu, seperti kitab suci orang Turki, Al-Quran yang Agung dan menjadi pemandu  bagi manusia menuju jalan Masnawi.

                  Kotak tempat tersimpannya jengggot Nabi Muhammad SAW
                  Sumber:  https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5966174853131489125

Selesai memandangi pameran dan tak lupa mencium aroma harum dari sebuah kotak kaca yang diyakini di dalam kotak tersebut berisi jenggot nabi Muhammad kami meninggalkan gedung utama, dan menuju ruang diorama, yang memamerkan sebagian besar peralatan makan, dan peninggalan lain dari Mevlana dan pengikutnya, termasuk visual dari Tarian Sema, tarian ritual. Sema dipentaskan dengan musik yang dimainkan  dengan alat musik seperti kemence, yaitu sejenis  biola kecil dengan tiga senar, halile, sebuah simbal kecil, daire, sejenis tamborin, dan yang lainnya. Maulana sendiri adalah seorang pecinta musik, pernah memainkan  alat-alat musik ini.

                                          Berfoto halaman luar Mevlana Muzesi 19-02-2014

 
Berfoto di replika tungku dapur Mevlana Rumi bersama adik tercinta

Sayang ketika kami mengunjungi museum ini ada beberapa bagian yang sedang direnovasi termasuk, masjid yang berada di sebelah kanan museum, dimana kami sempat sholat sebelum melanjutkan perjalanan ke Sultanhani Caravanserai.



14 komentar:

  1. Perjalanan yang luar biasa, untuk liburan sambil belajar sejarah. salut untuk Bunda..

    BalasHapus
  2. Cikgu Namin, alhamdulillah dapat bonus dari adik untuk bisa nengok keponakan yang kebetulan kuliah disana dengan bea siswa dari pasiat atau sekolah Turki yang ada di Indonesia.

    BalasHapus
  3. Mantap sekali Ustadzah ini, Blog nya kereeen, artikelnya sangat meningkatkan apresiasi, menyemangati, anak-anak muda pasti malu jika sampai hari ini belum punya dan mau ngeblog. Teruslah bermanfaat Bu Ustadzah, semoga terus sehat dan sehat terus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Pak Subhan sudah singgah disini, berharap bisa meninggalkan jejak untuk anak cucu, syukur kalau bermanfaat. terima kasih ya Pak untuk apresiasinya.

      Hapus
  4. Saya senang dengan kekayaan sejarah yang tersimpan di Turki. Ingin sekali rasanya dapat anugerah travelling.. hehe. #ngarep.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah Pak, kalau rezeki ngga kemana. Suatu saat Bapak bisa travelling sesuai dengan kehendak Allah.

      Hapus
  5. huhuhu....pengen...indah banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuk nabung atau minimal ngimpi dan doa insyaallah akan diberi kemudahan oleh Allah bisa samapai ke sana.

      Makasih sudah singgah mba Enci

      Hapus
  6. Wow sangat indah ya Bund,,,perjalan di kota Turki. Senang sekali membaca kisah kota Turki yang indah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ingin bisa dibukukan perjalanan ini. doanya ya

      Hapus
  7. suka sekali dengan Blog-mu uti, laporan perjalanan yang menarik dan mengalir,..jempol untuk uti..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sdh singgah. berharap bisa jadi buku nich..yuk bantuin bikin outlinenya hehe

      Hapus
  8. Duh senangnya bisa begitu dekat menyentuh sisa kehidupan dari Jalaluddin Rumi. Saya adalah pengagum puisi-puisi dan aforisme beliau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Ketika kita berada di sana.. pasti kita namgis teringat perjuangan Rasul dan juga para sahabatnya. Apa lagi sisa sisa kekayaan dan kejayaan Islam sangat jelas jejaknya sayang saat ini negara Turki lebih ke serkuler yang memisahkan agama dan dunia

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...