Catatan Kecil Tentang Fathimah Az-Zahra (14 )

astutiamudjono.wordpress.com | Jumat, Juni 28, 2013 |
The True Story of Muhammad and Khadijah’s Beloved Daughter Fathimah
By: Muhammad Amin

14. Menjelang Kepergian Fathimah Menghadap Sang Khalik

Kematian telah membuat perpisahan menjadi panjang, seolah tanpa batas.Meski tak mewakili, telah tergambar duka Fathimah. Saudara perempuannya yang lain telah meninggal sebelum Nabi wafat. Betapa dia sendiri. Meski Ali selalu menemani. Namun kedekatannya dengan ayahnya melebihi siapapun. Tak satupun yang mampu mengganti peran ayahnya.

Harapan Fathimah berjuang meluruskan keadaan sudah mencapai kulminasinya. Perempuan ini sudah menunaikan seluruh kewajibannya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Namun ketika menyusul ayahnya menuju keharibaab Ilahi, semesta dirundung dengan kegalauan dan meneteskan air mata nestapa.

Di hari hari terakhir hidupnya Fathimah berwasiat kepada Ali suaminya;” Semoga Allah memberi balasan kepadamu dengan sebaik-baik balasan. Aku berwasiat kepadamu, menikah lah sepeninggalku, karena sangat pantas bagi seorang laki-laki mempunyai istri. Aku mencegah orang-orang yang menzalimiku menyaksikan jenasahku. Jangan biarkan dari mereka menyalatiku, dan kuburkanlah aku dalam gelap malam disaat mata-mata telah terpejam tertidur lelap .

 Disebutkan sebuah riwayat dari Asma bahwasanya ketika mendekati ajalnya, Fathimah berkata pada Asma, “”Wahai Asma, simpanlah hunuth (kapur barus) ayahku lalu letakkanlah disamping kepalaku, Berikanlah padaku wewangian yang sering aku pakai. Ambilkan baju yang sering aku gunakan untuk sholat. Fathimah lalu berwudhu, kemudian membentangkan kainnya sambil berkata, “Tungguilah aku sebentar, dan panggillah aku, jika aku menjawab panggilanmu berarti aku masih ada. Jika tidak, aku telah menjumpai ayahku maka kirimlah aku pada Ali.

Kemudian beliau memejamkan kedua matanya, meluruskan kedua tangannya dan kedua kakinya. Asma pun memanggil namun beliau tak lagi menjawabnya. Asma lalu menyingkap kain penutup wajahnya. Dia mendapatinya telah kembali pada Tuhannya.Hasan dan Husein masuk dan bertanya “ Wahai Asma mengapa ibuku tidur seperti ini?” Asma pun berkata; “Temuilah ayah kalian, beritakan wafatnya ibu kalian.”

Suara tangisan pecah di rumah Ali. Orang kebingungan seperti wafatnya Nabi.Abu dzar keluar seraya berkata.”Pulanglah jenasah putri Rasulullah ditangguhkan keluarnya hari ini.” Abu Bakar dan Umar datang bertakziyah dan berpesan pada Ali agar jangan mendahului menshalati putri Nabi.(diriwayatkan bahwa beliau wafat setelah shalat ashar atau permulaan malam)

Namun Ali memandikan jenasah Az Zahra dan mengafaninya bersama Asma di malam hari. Dipanggilnya seluruh keluarganya. Lalu Ali menshalatinya, mengangkat kedua tangannya dan berdoa,” Ya Allah ini adalah putri Nabimu, Fathimah. Engkau telah mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya lalu menyinari seluruh penjuru.”

Acara pemakaman berlangsung dengan cepat karena takut diketahu oleh mereka dan serangan musuh-musuh mereka. Dengan pengawasan Allah, kukuburkan putrimu secara rahasia karena haknya dirampas secara paksa. Warisannya dicegah secara terbuka tidak lama setelah ketiadaanmu,wahai Rasulullah. Hanya kepada Allah aku mengadu. Dan kepadamu wahai Rasulullah, sebaik-baik tempat menumpahkan duka. Semoga Shalawat Allah tercurah padanya dan padamu beserta rahmat dan keberkahan-Nya.

Imam Ali membuat tujuh bentuk kuburan atau lebih di Baqi’. Terjadi kehebohan satu sama lain saling menyalahkan. Salah satu dari mereka ada yang berkata;”Suruhlah kaum perempuan muslimin untuk menggali kuburan-kuburan itu agar bisa dikeluarkan dan shalati jenasahnya.”

Ketika Abu Bakar dan Umar datang ingin menshalati jenasah Fathimah. Lalu Abbas berkata, “ Sungguh Fathimah berwasiat supaya kalian berdua tidak menyalatinya.”Umar lalu berkata “ Jangan kalian biarkan kedengkian lama kalian terhadap kami untuk selamanya. Demi Allah aku ingi menggali kuburnya lalu aku akan shalati jenasahnya.

Fathimah telah menunaikan tugasnya dengan gemilang. Dia putrid seorang suci, istri manusia suci dan ibu dari para suci. Fathimah telah menunaikan tugasnya dengan sempurna, sebagai pemimpin para wanita semesta alam, sebagai salah satu pilar utama Islam, sebagai pejuang anti kezaliman. Dialah Fathimah, insane ilahiah, Ibu manusia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...