Bukan Guru Ideal

astutiamudjono.wordpress.com | Senin, Februari 06, 2023 |

BUKAN GURU IDEAL

Oleh: Sri Sugiastuti

"Dengan memiliki ilmu kita dapat menggenggam dunia, dan mengejar mimpi besar yang kita punya. Sehingga akan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan bangsa."

Menjadi orang yang berilmu kita membutuhkan seorang guru. Gurulah yang punya peran penting mencerdaskan anak bangsa. Ya Bu Kanjeng sangat memahami hal tersebut, ia merasa bangga dan terharu bisa purna tugas tepat waktu di usia 60 tahun, setelah  mengabdi selama 35 tahun,

Profesi  guru untuk Bu Kanjeng sangat tepat. Ia dari keluarga sederhana dengan latar belakang orang tua yang akrab dengan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi juga politik sangat mewarnai pembentukan karakternya. Ditambah dengan ajaran budaya Jawa yang ditanamkan orang tuanya.

Bu Kanjeng tiga bersaudara berhasil membahagiakan keluarga besarnya. Ia berprofesi sebagai guru PNS tahun 1986-2021, Amanah yang diterima sampai pensiun sebagai Kepala SMKS Tunas Pembangunan 2 Surakarta di bawah naungan Yayasan Tunas Pembangunan yang didirikan oleh Tentara Pelajar Indonesia. Adik perempuannya seorang dokter yang humble dan ikut menyumbangkan banyak dana dan pikiran untuk kebahagiaan keluarga. Ia dokter lulusan YARSI. Sekolah kedokteran berbasis Islam. Bu Kanjeng bisa ibadah haji dan bisa traveling ke mancanegara negara pun berkat kebaikan hati adiknya. Sayang adik Bu Kanjeng tak bermur panjang, Dì usianya yang ke 58 tahun Covid -19 menjadi penyebab kepergiannya. Saat ini Bu Kanjeng tinggal memiliki 1 adik laki- laki dengan usaha tanaman hias yang lumayan sukses.

Merefleksi apa yang sudah dijalani dengan suka duka tentu saja mengurai air mata. Bu Kanjeng masih ingat saat ia kuliah di FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta tahun 1980-1984. Ia menjadi mahasiswa yang aktif dan memiliki banyak  sertifikat kegiatan akademik maupun non akademik. Sertifikat itu bisa digunakan sebagai modal saat lulus kuliah untuk melamar pekerjaan sebagai seorang guru. Bahkan sebelum lulus pun Bu Kanjeng sudah menjadi guru honorer di dua sekolah swasta. Ia menikmati pengalaman sebagai guru muda yang paham dengan siswanya, karena ia mengampu di kelas 3 SMA dan SMEA untuk  SMK sekarang. Terbayang betapa ia disenangi dan dihormati siswanya. Hal itu dikarenakan ia bisa memahami cara pikir siswanya dan mau mendengarkan curhat siswanya. Tak heran bila Bu Kanjeng yang saat itu sebagai guru muda berkenan hadir di pesta ulang tahun siswanya. Bu Kanjeng mulai merasakan betapa mulianya menjadi seorang guru.

Refleksi Bu Kanjeng  pada akhirnya sampai di titik pemikiran seperti apakah yang dinamakan guru. Bu Kanjeng menyimak banyak definisi yang dibaca tentang guru. Menurut Suparlan, 2005: 12 yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek, baik spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek-aspek lainnya. Guru adalah seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memberikan dan fungsi yang melekat pada suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu. Ternyata lumayan berat dan harus bisa menjalankannya dengan sepenuh hati.

Bu Kanjeng menyadari bahwa ia bukan guru ideal bahkan jauh dari sempurna. Namun, ia mau belajar dan punya keinginan memajukan siswanya dengan berbagai pendekatan yang dimiliki. Bu Kanjeng mengabdi di sekolah swasta yang relatif berawal dari keluarga menengah ke bawah.  Bahkan bisa dikatakan  juga ketika mereka berangkat ke sekolah sudah membawa segudang masalah. Ini semua bagian dari tugas guru yang sangat dipahami Bu Kanjeng. Ia menyadari mulianya tugas seorang guru. Ia adalah sosok yang memiliki tugas “mencerdaskan kehidupan bangsa” di sini mencakup semua aspek kehidupan termasuk aspek spiritual, aspek emosional, aspek fisik, aspek intelektual maupun aspek-aspek lainnya. 

Menuju pencapaian prestasi seorang guru itu perlu proses. Proses yang harus dijalani dengan kesungguhan dan mau berlelah-lelah untuk menggapainya. Tuntutan yang pun tidak mudah dijalani.
Seorang guru yang berkompeten dan ingin meraih prestasi, ia harus memiliki rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, hal ini menjadi modal terbesar untuk menjadi guru yang kompeten dan berprestasi.

 Guru Profesional menurut Suyatno (2008:15 – 17) adalah guru yang memiliki 4 bidang kompetensi, yaitu:
(1) Kompetensi Pedagogik meliputi kompetensi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar.
(2) Kompetensi Kepribadian meliputi kemampuan pribadi yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 
(3) Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru yang efektif untuk berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan serta masyarakat sekitar.
(4) Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.

Bu Kanjeng kembali merefleksi diri sudahkah ia menjadi Guru profesional? Siapa yang bisa mengukurnya? Tanyakan pada hati nurani saja. Untuk merefleksi apakah Bu Kanjeng guru berprestasi? Tentu. Sekecil apa pun suatu usaha bila dirasakan dan terlihat membuahkan kemanfaatan, itu menjadi sebuah prestasi.

Sementara bila mengutip istilah “Guru Berprestasi” adalah salah satu bentuk aktualisasi diri (Sumber: Slavin, 2009). Kemampuan memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan rasa kebanggaan dan kebahagiaan yang sepantasnya mereka terima. Aktualisasi diri seorang guru profesional sebagai guru yang berprestasi akan nampak dalam perilakunya yang mensyukuri dan menerima keadaan dirinya sendiri dan juga orang lain, spontanitas, hubungan, hubungan dekat dengan orang lain tetapi tetap demokratis, kreatif, inovatif, memiliki rasa humor, dan kebebasan. 

Hasil dari refleksi diri Bu Kanjeng yang sudah purna dalam tulisan di atas,  secara jujur ia merasa belum maksimal bila standar atau indikator yang digunakan dengan prestasi itu mendapatkan banyak penghargaan atau pencapaian yang secara fisik terlihat nyata dan dirasakan orang lain maupun diri sendiri.

Prestasi Bu Kanjeng sebagai guru saat ia terus belajar dan mengugrade diri from zero to hero. Ya ia berhasil menjadi pahlawan keluarga, pahlawan literasi juga pahlawan bagi orang lain yang pernah diajak berbagi.

Ru

Surakarta Hadiningrat 06022023

#Tantanganmenulisfebruariceria2023

#temapendidikan

#bukanguruideal

15 komentar:

  1. Keren tulisannya bunda

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah. Ikut senang dengan prestasi yang sudah didapat. Salam sehat selalu Bu Kanjeng.

    BalasHapus
  3. MasyaAllah Bu Kanjeng tetap produktif di usia purna. Semoga sehat selalu. Aamiin Yaa Robbal'alamin. (Abdisita)

    BalasHapus
  4. Mantab tulisannya Bun, sangat bermanfaat

    BalasHapus
  5. Tulisan bunda Kanjeng menginspirasi saya untuk menorehkan perjalanan karier saya. Keren mantab sip

    BalasHapus
  6. terimakasih sudah menginspirasi saya untuk terus menulis

    BalasHapus
  7. Guru inspirasi...luar biasa. Bunda

    BalasHapus
  8. Tulisannya menginspiratif bunda, sehat dan sll semangat bunda

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...