Menjemput Rida Allah

astutiamudjono.wordpress.com | Sabtu, November 18, 2023 |

*Ikhtiar Menjemput Rida Allah*

Oleh:Sri Sugiastuti 

"Tingkat keberhasilan pernikahan yang sukses didasarkan pada cinta dan kompromi. Hubungan apa pun yang berisi cinta yang dijahit dengan toleransi dan kompromi akan berhasil dengan segala cara."

Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan bahwa menikah itu itu sunnah. Nabi SAW bersabda, "Menikah itu bagian dari sunnahku, maka barang siapa yang tidak beramal dengan sunnahku, bukanlah ia dari golonganku." (HR Ibnu Majah)

Berbahagialah hamba Allah yang mempunyai ikatan pernikahan dan memiliki satu keluarga yang utuh. Apalagi bila dikaruniai lebih dari 2 anak. Ekonomi yang kuat dan keluarganya harmonis. Hal ini menjadi harapan dari sebuah keluarga. 

Sayangnya Allah memberikan paket kehidupan yang berada. Allah juga memberi ujian kepada hamba-Nya. Namun selalu ada pertolongan Allah. Perhatikan 
Surat Ath-Thalaq: 2-3 berisi keistimewaan seorang muslim. Di dalamnya ada janji Allah yang akan memberikan pertolongan bagi yang bertawakal:

“ Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya Rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal  kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya.”

Dua ayat ini bisa digunakan untuk memotivasi dan menguatkan kadar keimanan seseorang dalam ikhtiar menggapai rida Allah.

Sebagai seorang istri dan juga ibu dari 4 orang anak dengan profesi sebagai guru di era Presiden Suharto tentu penghasilannya sangat minim. Ibaratnya hanya cukup untuk  seminggu. Dalam keadaan kepepet SK PNS pun menjadi anggunan untuk mendapatkan pinjaman ke bank. Hal ini terjadi bertahun- tahun.

Keadaan ini tetap harus disyukuri.  Karena di mata orang yang tidak punya penghasilan tetap, sudah dianggap mampu. Padahal yang menjalani tetap harus menjadi akrobat alias pemain sirkulasi yang andal agar semua yang menjadi kebutuhan keluarga terpenuhi. Tentu saja dengan cara yang halal dan toyyib.

Saya merasa beruntung. Sejak kecil sudah diberi bekal mental yang kuat dan harus bisa mandiri juga mau berbagi dan silahturahmi. Hal ini yang membuat saya semangat untuk mencari peluang agar ada income tambahkan selain menjadi guru.

Bukan kebetulan bila saya banyak mendapat ilmu jualan dan masak- memasak  dari Almarhumah ibu saya. Beliau adalah perempuan multi talenta. Apa saja yang diurus bisa mendatangkan cuan. Padahal profesi sesungguhnya ia adalah seorang mantri kesehatan yang buka praktik di rumah. Semacam balai pengobatan yang kadang praktiknya 24 jam.

Almarhumah ibu, biasa berjualan pesanan furniture,  kain, sarung  sprei batik yang dibeli dari pasar Klewer Solo. Sedangkan snack kue basah, bolu, atau makanan khas Solo juga dilayani bila ada yang pesan.

Saya secara tidak langsung mewarisi bakat itu. Tidak heran saat saya kuliah saya mulai jualan baju yang saya beli di Pasar Senen dan Pasar Tanahabang lalu saya jual kepada teman kuliah saya di Solo. Biasanya keuntungan yang saya dapat saya gunakan untuk memiliki baju yang saya suka.  

Beda cerita saat saya sudah berkeluarga. Ilmu yang saya dapat dari Almarhumah ibu dalam hal berjualan atau membuat kue saya adopsi. Begitu juga dengan cara mengelola keuangan. Alhamdulillah dari usaha sampingan itu, saya bisa membantu ekonomi keluarga. Barang yang saya jual pun beraneka ragam. Bisa dikatakan dengan istilah Palugada( apa yang lu perlu gua ada).

Hoki saya berjualan karena saya telaten dan bisa menyediakan apa yang mereka butuhkan. Sehingga bisa dikatakan saya memiliki banyak pelanggan. Saya tidak pernah lelah mencoba berbagai usaha baru walaupun kadang ada yang tidak membayar atau tidak tepat janji.

Saya pernah punya usaha home industri pembuatan emping melinjo. Ada 10 pengrajin di sekitar rumah. Mereka saya setori bahannya. Setelah menjadi emping baru saya ambil. Saya jual ke pasar, ke toko atau ada yang pembeli datang ke rumah. Pesanan biasanya ramai saat jelang Hari Raya. Emping bisa untuk bingkisan juga camilan saat ada hajatan. Tetapi sejak isue kalau emping penyebab asam urat. Usaha jualan emping pun memudar. 

Saya lanjut dengan usaha yang lain. Ya usaha tanaman hias. Saat booming Anthorium dengan berbagai jenis banyak memberi keuntungan kepada keluarga saya. Dari berjualan tanaman hias bisa untuk biaya kuliah S2 sampai lulus. Anthorium yang saya jual berupa bibit yang masih berupa tunas dengan daun 1dan 2. Saya tidak menunggu lama, karena sebelum tanaman datang sudah banyak yang inden. Saya tinggal menyerahkan barang dan terima uang.

Saya menyadari sebagai hamba Allah harus taat dengan ajaran Islam yang saya yakini. Bagaimana bisa mengantarkan anak-anak sukses dunia akhirat dan menuju keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Ini bukan hal mudah. Saya berusaha agar tidak menjadi orang yang merugi. Bagaimana bisa mengatur hubungan saya dengan Allah juga hubungan saya dengan makhluk ciptaan-Nya.
Berbagai usaha sampingan sudah saya lakoni. Alhamdulillah gaji guru pun akhirnya ada perbaikan.

Sepuluh tahun sebelum saya pensiun, saya menekuni dunia literasi. Berinteraksi dengan banyak penulis dan selalu mengupgrade diri. Ini juga menjadi salah satu bagian dari cara saya berikhtiar menjemput rida Allah. Tentu saja dari literasi saya mendapatkan banyak keberkahan baik dalam bentuk materi maupun berupa persahabatan. Saya sangat yakin, ketika Allah rida semua urusan kita di dunia dan di akhirat akan dimudahkan.

Surakarta Hadiningrat, 29 September 2023.

2 komentar:

  1. Alhamdulillah Bun semangat dan sehat selalu, itulah balada PNS yang penting Allah memberi kecukupan rezeki dan kemudahan urusan

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...