. Pesan Dari Ana
Oleh: Sri Sugiastuti
“ Kebaikan apapun yang menimpamu adalah berasal dari Allah, sedangkan keburukan apa pun yang menimpamu berasal darimu sendiri
(Q.S. an Nisa :79)”
Malam belum larut, sepenggal kepenatan yang mulai menggelayut sirna. Saat ada kangen pengen buka Facebook lagi. Sejak kesibukan yang nyaris menyita semua waktu dan tenagaku, jejaring sosial itu terlupa sejenak. Aku masih ingat kata kuncinya, hingga tak perlu memperbaharuinya lagi.
Begitu akunku terbuka, mouse langsung bergerak lincah. Mataku sibuk menjelajahi panel pemberitahuan, konfirmasi, undangan, dan inboks, sembari mencari-cari informasi tertentu yang mungkin aku lewatkan. Kadang senyumku mengembang kala membaca berbagai status menggelitik dengan bahasa lucu, sekadar menyindir pejabat yang kena kasus. Oke, seliweran status sudah kubaca, juga permintaan pertemanan sudah pula aku konfirmasi.
Mataku tertuju pada kotak pesan yang belum kubuka. Aku yang rajin mengikuti berbagai kajian dan komunitas di dunia maya merasa beruntung dengan banyaknya info yang kudapat. Apa yang tidak mungkin di dunia maya. Tanpa disengajapun aku bisa dapat anak di dunia maya. Zaman serba canggih ini, bisa mengubah apa yang tidak mungkin jadi mungkin.
Tanpa kusadari, aku tersenyum sendiri membaca isi kotak pesan dari Nia. Anak ini selalu saja membuat hidupku semakin berwarna. Seakan dia dikirim malaikat untuk melengkapi kehidupanku. Keberadaannya membuat hidupku dalam memandang dunia berubah total. Hingga aku punya kaca mata 5 dimensi ketika berselancar di internet.
Aku bisa berkomunikasi dengannya, mengungkapkan kesedihanku ketika bidadari kecilku harus pergi 13 tahun silam. Bagiku kau jelmaan putriku yang kini tiada. Salahkah aku begitu peduli dengan hidupmu, dan melupakan dunia nyataku.
Nia gadis periang, tinggi semampai, berambut lurus, dengan mata yang kocak dan status FBnya yang membuat banyak komentar dari teman temannya. Sungguh Nia membuatku terhipnotis. Aku begitu terobsesi dengan kehidupanmu, masa depanmu dan hari harimu. Selalu saja kutanggapi keluh kesahmu.
“ Umi, aku bête banget hari ini, lihat deh di akun FBku? Semua kutulis disana, Mi! Kasih jempol manis ya Mi!”
Sms itu punya kekuatan yang dahsyat. Hatiku tergerak menanggapi keresahannya. Jadilah aku tempat curhatnya. Muara suka dukanya dan hamparan yang nyaman bagi kebosanannya. Getaran rasa keibuan itu tumpah padanya. Kalau Nia punya waktu khusus untukku, aku pun menyisipkan dia di hatiku. Jujur Aku banyak belajar darinya tentang dunia maya dan internet.
Aku sebelumnya “gaptek”, mendadak jadi betah duduk berlama lama di depan komputer. Hampir tiap hari temanku bertambah. Baik teman baru maupun teman lama yang sudah ditelan bumi pun bermunculan. Membuatku sering memutar film documenter masa remajaku. Suka duka, pengalaman lucu dan menjengkelkan jadi hidup lagi di benakku.
Tinggal satu pesan yang belum ku buka. Ya, pesan dari Ana sahabatku waktu di SD. Klik dan pesan itu terbuka. Ya Allah Ana, Ana ini sich bukan pesan tapi cerpen. Ya aku ingat di pesanmu terdahulu memang kamu janji mau cerita jalan hidupmu karena kita kehilangan jejak sejak 20 tahun yang lalu. Berkat Facebook lah hubungan silahturahim bisa nyambung lagi. Alhamdulillah Ya Allah. Bola mataku mulai menatap rangkaian kata yang ditulis Ana sahabatku.
Dear Ajengku….
Jeng sebenarnya amat sulit untuk menceritakan apa yang sudah kujanjikan padamu. Aku bingung harus memulainya dari mana. Okay aku coba mulai dari aku lulus SMA aja ya! Karena setelah lulus itu kan kita masih sempat ketemu dan kita ambil jurusan yang sama.yaitu FKIP walau di Perguruan Tinggi yang berbeda. Sejak itu kita ngga ketemu lagi kan! Sampai akhirnya Jejaring sosial ini lah yang mempertemuan kita kembali. Walau hanya lewat FB semoga kita tetap seperti yang dulu ya Jeng ! Saling menyemangati dan berbagi.
Jeng.
Waktu kuliahku belum selesai terpaksa aku menikah karena ada baby di perutku. Aku sempat slang 3 semester dan akhirnya kuliah lagi. Tahu ngga aku menikah dengan siapa? Fadhil. Teman SD kita yang sering gangguin kamu dan minta dijajanin kalau kita lagi di kantin. Ingat ngga Jeng? Pasti ingat lah. Tapi sayang Jeng perkawinanku sama Fadhil ngga berlangsung lama. Dia ngga pernah bisa dewasa. Cekcok sedikit lari ke Emaknya, aku bicara baik-baik dia salah terima, adanya menyalahkan aku. Capek lah. Terpaksa aku pakai pengacara dan menggugat cerai.
Jeng.
Alhamdulillah hak asuh anak ada di pihak ku. Aku bertekad harus bisa menghidupi anakku dan diriku sendiri. Bayangkan Jeng waktu itu aku masih jadi guru GTT. Orangtuaku tidak menyetujui perceraian itu jadi aku harus keluar dari rumah suamiku sementara orangtuaku tidak mengingin aku dan anakku hidup bersama beliau. Aku harus berani hidup dengan keputusan yang sudah kuambil. Terpaksa lah aku harus hidup amat sederhana di rumah kost dengan rezeki yanag tak menentu. Ketika ada rekrutmen Guru Bantu aku lolos Jeng. Tiga tahun jadi Guru Bantu dan diombang-ambingkan dengan peraturan akhirnya bisa diangkat jadi PNS sampai hari ini.
Jeng…..
Jeng aku ingin berbagi, ini sangat pribadi tapi kau harus tahu ya. Kau kan sahabatku sejak kecil. Nasibku dan orang yang ada di sekitarku rasanya membuatku ingin menggugat Sang Khalik. Jujur kuakui ini salahku. Mengapa ketika kasus perceraianku dulu, aku melibatkan pria yang sudah beristri.
Tadinya pria itu hanya aku jadikan alat agar aku bisa lepas dari ikatan perkawinan dengan Fadhil tapi Allah berkehendak lain. Dia akhirnya jadi suamiku. Namanya Priyono. Karena posisi dia sebagai suami orang aku rela hanya dinikah siri olehnya. Sebenarnya aku juga ngga nyaman dengan keadaan seperti ini. Tapi aku bisa koq ngelakoni sampai hari ini. Terus terang pikiranku ngga tenang ada perasaan bersalah apalagi istrinya tidak mau dicerai. Kamu bisa bantu aku Jeng sekedar untuk mengurangi beban rasa berdosaku. Aku juga ingin punya status yang jelas. Ngga mau di permainkan oleh keadaan seperti ini terus menerus.
Jeng….
Aku juga mau curhat… Payudaraku tinggal satu. Aku sudah operasi 3 kali dan menjalani kemografi sebanyak 10 kali. Rambutku gundul akibat kemografi. Karena gundul aku memutuskan berjilbab padahal aku belum siap (Maafkan aku ya Allah) karena bejilbab bukan karena perintahMu melainkan karena aku malu punya rambut gundul.
Jeng…..
Kamu tahu kan aku punya semangat hidup yang luar biasa. Itu lah yang kugunakan untuk tetap bertahan hidup. Walau kadang aku bosan tiap hari minum obat. Apalagi efek dari kemografi. Sebelum kemo aku pasti stress, setelah kemo nafsu makan ku musnah. Hal ini harus kujalani berulang-ulang karena aku harus bisa melawan penyakit itu. Aku sadar sehat itu mahal. Maka beruntung lah orang yang diberi kesehatan prima dan bisa memanfaatkan sehatnya untuk beribadah. Tapi don’t worry Jeng aku ngga putus asa. Ku terima semua cobaan ini. Makanya aku rajin beli buku, cari info ini itu tentang penyakit kanker, yang terpenting apa yang memicu kambuhnya atau mempercepat pertumbuhan sel kanker itu harusku lawan sampai tetes darah penghabisan. Marah, berburuk sangka, dan negative thinking harus kuhindari.
Jeng……
Kalau aku sedang merenung, hatiku jadi miris. Apa aku bisa melihat anakku lulus kuliah dan merasakan menimang cucuku. Tapi aku kan harus optimis ya Jeng! Ada rasa trauma bila sel kanker ini menyebar ke seluruh tubuhku. Meluluh lantakkan harapanku, dan mengikis habis impianku. Ya Allah, beri aku kekuatan, aku tak mau menyerah melawan penyakit ini. Aku wajib berikhtiar dan mewaspadai penyakit ini. Aku akan berjuang dan tetap bersemangat. Matiku tak kan sia sia setelah aku berusaha bertahan.
Jeng……
Perasaan dan pikiranku harus kuarahkan sepositif mungkin. Karena sudah ku ingat-ingat, kalau pikiranku berat dan galau, daya tahan tubuhku langsung melemah, badan ini rasanya ngga karu-karuan dan serba salah. Ujung-ujungnya aku konsul ke dokter, menenangkan pikiran dan kubuang jauh-jauh semua hal yang membuatku stress kayak gini. Dan itu bukan pekerjaan yang gampang Jeng. Aku harus berjuang dan berjuang untuk melawannya tanpa harus ada kata menyerah. Alhamdulillah anakku dan suamiku memahami secara utuh tetang penyakitku dan perasaanku yang kadang tak menentu ini, mereka dengan sabar menuruti apa yang jadi kehendak hatiku. Karena mereka ingin aku berhasil melawan penyakit ganas ini.
Jeng…..
Aku kangen berat denganmu.Kapan ya kita bisa ngobrol dan makan bareng seperti dulu lagi.? By the way aku dari tadi sibuk cerita tentang diriku sendiri. Sampai lupa ngga nanya balik, gimana kabarmu dan keluarga? Habis kamu curang sih waktu aku ngintip di info FB mu cuma sedikit banget yang kudapat tentang kamu.
Boleh kan aku nanya? Apa yang jadi suami dan ayahnya anak-anak mu itu si Haris? Yang kamu ceritakan padaku waktu terakhir kita ketemu 20 tahun yang lalu? Dia sang aktivivis kampus dengan seabreg kegiatannya, dia yang smart, rendah hati, sederhana, dan punya peta hidup yang begitu menawan hatimu? Kalau memang dia itu jodohmu berbahagialah. Aku yakin dalam hidupmu tidak ada masalah besar yang membuat hidupmu merana. Dan aku ikut senang mendengarnya. Betapa beruntungnya hidupmu Jeng.
Okay Jeng aku tunggu kabar balik darimu! Jangan lupa doakan aku dan keluargaku ya! Agar bisa melalui ujian hidup ini, dan tetap tegar sampai ajal menjemput. Swear aku ingin menggapai ridha Allah dalam membimbing titipan-Nya. Buah hatiku yang sudah beranjak dewasa dan perlu pendamping agar tidak salah langkah.
Saat ini aku mulai rajin intropeksi apakah ini karma karena aku merebut suami orang? Ampuni aku ya Allah. Beri solusi yang terbaik ya Allah. Aku yakin Kau masih sayang padaku dan akan Kau beri kesempatan padaku untuk bertobat. Dan terus mencari hidayahMu.
With Love
Ana. Sudiro.
Tanpa sadar airmataku berurai, dan sesekali ku usap tetesan yang membasahi pipiku dengan tissue yang ada di meja dekat laptopku. Tak kusangka Ana sahabatku yang paling cantik di kelas, yang paling bawel di sekolah kami, juga paling sering mencuri perhatian bapak dan ibu guru karena dia gadis yang supel dan pintar, menjalani kehidupan yang mengenaskan. Tentunya tidak semua orang bisa melakoninya. Memang perjalanan hidup setiap orang tidak selalu mulus. Dan amat sulit ditebak muaranya.
“Ada yang berangkat dengan background keluarga mapan, fisik yang sempurna belum tentu juga jalan hidupnya tanpa kerikil tajam. Semua bisa saja berubah seratus delapan puluh derajat atau lebih, tergantung Kuasa Allah dan yang menjalani. Sebaliknya yang berangkat dari awalnya, serba-pas-pasan, tertatih mengejar asa, dengan kekuatan iman yang dimiliki, justru mereka diberi ketenangan, kesehatan, dan rasa tentram yang luar biasa. “
Dua hamba Allah yang datang tiba tiba dalam hidupku seakan menampar mukaku yang sudah mulai keriput ini. Kebiasaanku meratapi kehilangan putriku yang sudah bertahun-tahun, sebagai kesalahan fatal yang kubuat, karena kubiarkan Demam Berdarah merenggut nyawanya. Kehidupan Ana yang dulu pernah membuatku iri, akhirnya sirna. Aku lebih beruntung darinya. Paket yang Allah berikan pada kami memang berbeda.
“ So mengapa harus iri dengan kehidupan orang lain” batinku protes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar