Oh Bunda. Apapun yang terjadi kau kan selalu ada untukku.( Itu kan syair lagunya Melly G yang berjudul Bunda) Hampir semua ibu yang waras menginginkan anaknya bahagia menjadi anak yang saleh dan solehah, dan meraih sukses dunia dan akherat. Koq bilang ibu yang waras sih ? Emang ada ibu yang tidak waras? Ada. Yaitu ibu yang hanya mengejar kesenangan semu belaka. Yang lebih mementingkan penampilan dan berhura-hura.mengikuti berbagai macam arisan, dan punya komunitas “NgerumpiAsyik” Ibu macam ini tidak smart mendidik anak dan mengelola rumah tangga. Uang belanja dari suami selalu kurang terusssss. Memberi makan anaknya pun asal-asalan saja, pagi mie instant, siang fast food, malam junk food. Akhirnya si anak obesitas, daya tahan tubuhnya lemah., dan akhirnya sering sakit. Nungguin anaknya belajar ngga pernah, Ngajarain tata karma, ngga pernah. Curhatan anaknya ngga pernah didengar.Apalagi jadi soulmatenya
Maka jangan heran kalau ada remaja yang baru berusia 15 tahun sudah mengidap kanker payudara, atau ada anak yang baru beranjak dewasa susah terkena stroke. Ada anak yang lebih suka curhat dengan orang lain daripada dengan ibunya. Semua kembali lagi pada pola makan, pola hidup, dan pola pikir yang ditanamkan orangtua, terutama oleh seorang ibu. Apakah semua sudah seimbang? Apakah kebutuhan anaknya sudah dipenuhi secara proporsional? Karena anak tidak melulu butuh materi, mereka juga membutuhkan perhatian, kasih sayang, penghargaan, dan perlindungan total yang harus mereka dapatkan dari orangtua, terutama ibu.
Aku belajar dari apa yang aku alami dan melihat begitu banyak contoh buruk dan contoh yang baik dari kehidupan ini. Pada intinya semua kembali pada hati nurani seorang ibu.Seberapa jauh dia bertanggungjawab dengan amanah yang diberikan Allah padanya,?Seberapa kuat perjuangannya untuk menghantarkan anaknya ke pintu gerbang kebahagiaan dan kesuksesan dunia akherat,?Seberapa banyak bekal yang diberikan pada anaknya agar bisa hidup mandiri,? Bagaimana dia memotivasi anak untuk maju? Bagaimana dia memberi teladan pada anaknya? Bagaimana ketekunannya dalam mendampingi anaknya disaat sedih atau sakit? Bagaimana cara dia menyemangati anaknya dalam belajar maupun ketika anaknya terpuruk karena apa yang diinginkan luput darinya.
Aku yakin semua ibu punya kiat sendiri-sendiri dalam mengantar kesuksesan anaknya. Ayok jangan mudah menyerah dengan keadaan.! Anak harus diberi yang terbaik. Karena mereka adalah asset keluarga. Karena orang yang sudah berkeluarga, sering mendapat pertanyaan yang klise dari orang, atau teman yang sudah lama ngga berjumpa, yang pertama ditanya selalu dan selalu anak. Anaknya sudah berapa? Sekolah dimana, ? Kuliah dimana?, Anaknya sudah Kerja, dan bla bla bla lainnya.All about children. Hmm anak itu memang diamanahkan Allah untuk dijaga, diopeni, dan dibesarkan dengan baik. Walau dalam menjalaninya amat sangat tidak mudah. Karena Allah selalu memberi ujian ada setiap ibu dan keluarganya dengan porsi yang berbeda. Jangan dirisaukan itu. Ingat saja kata Pak ustadz bahwa anak itu bisa menjadi Perhiasan, Batu ujian maupun sebagai Penyejuk hati (Qurotaayun)
Apa sih yang diharapkan seorang ibu dari anaknya apabila dia sudah tua.? Mengharap mereka membalas semua kebaikannya? Menghitung waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang sudah didepositkan pada anaknya? Hanya ibu yang matre kali ya yang punya pikiran seperti itu. Sebaiknya tak usah lah itu dihitung-hitung dan mengharapkan agar mereka membalas semua kebaikan ibu. Mengapa? Karena banyak sekali ibu-ibu yang sudah mendidik anaknya menjadi orang yang sukses, tapi mereka memperlakukan ibunya bak pembantu rumah tangga, menitipkannya di panti jompo, yang lebih sadis lagi bila sama sekali diabaikan. Tidak direwes. No reken you dan selalu dianggap jadi trouble maker. Semua itu akan membuat sang ibu unhappy and disappointed abis Betul ngga sih??? Kalau kenyataannya seperti itu, berarti ada something’s wrong dunk dalam diri anak itu atau ibunya..
Mereka hanya sukses di bidang materi saja, tapi di akhlak, dan beragama. Nol bengkong Karena kalau mereka orang beriman pasti tidak menyia-nyiakan orangtuanya, terutama ibu. Karena seberapapun banyaknya anak mencurahkan kasih sayangnya pada ibu, tetap belum bisa membalas apa yang sudah ibu berikan pada anaknya.
Coba dihitung sejak dalam kandungan,sampai ketika orangtua menikahkan anaknya, lalu ketika sang anak juga repot mengurus anak sementara ibu masih gagah untuk mengurusi cucunya, si anak dengan enaknya menitipkannya dengan alasan ngga ada pembantu lah, banyak baby sitter yang nakal lah, atau dengan seribu alasan lainnya. Yang jelas ada perasaan tenang kalau anak dititipkan pada neneknya. Itu alasan mereka yang paling masuk akal.
.
Bayangkan juga berapa lama ibu menggendong buah hatinya . Menjaganya ketika badannya panas dan menjaganya agar jangan sampai sekalipun nyamuk menggigitnya. Sejak di perut sampai bisa berjalan. Atau kadang ketika sakit pun dengan penuh kasih sayang dia menggendongnya.Tapi berapa lama sang anak menggendong ibunya ketika dia sedang sakit atau terserang stroke?.Atau ketika sang ibu sudah tak berdaya dengan kursi rodanya, ketika kekuatannya sudah melemah, pikirannya pun sudah agak berubah ? Apakah si anak melayaninya dengan ikhlas ?
Ketika ibu menggendong anaknya ia berharap dan berdoa agar kelak anaknya tumbuh sehat, dan menjadi anak yang soleh dan soleha, tapi ketika si anak menggendong ibunya yang sudah lemah, maaf maaf ya…! yang ada dipikiran si anak “ Mungkin ini yang terakhir, mumpung ada kesempatan menggendong dan melayaninya” Karena yang ada di benaknya ibu pada akhirnya akan berpulang. Sungguh picik anak yang punya pikiran seperti itu.
So untuk ibu-ibu yang saat ini masih berjuang membesarkan dan membimbing buah hatinya, terus dan terus berikan yang terbaik buat mereka.Tapi bagi ibu-ibu yang sudah mulai berkurang penghasilannya, tubuhnya pun sudah mulai melemah, kenikmatan yang Allah beri pun berlahan-lahan dicabut, mata yang mulai rabun, gigi cantik yang mulai tanggal, dan mahkota di kepala rontok dan berubah jadi dua warna, boyok sering merasa pegal,penyakit pun sering datang dan pergi Apalagi merasa tidak terlalu dibutuhkan lagi oleh anaknya.Jangan sedih ya..!
Bersiaplah menata hati dan menatap ke depan dan berserah diri pada Allah. Jangan sekali-kali berpikiran yang negatif. Bersinergi lah dengan doa dan keyakinan agar tetap sehat dan terlalu berharap bahwa anakku menyayangiku seperti aku menyayangi .Ayo lah berdoa, tebarkan senyum, beri semangat pada orang-orang terkasih. Dan jangan lupa menyiapkan bekal yang lebih banyak untuk menata kehidupan lain yang akan dihadapi di alam yang kekal nantinya.
Sudah 6 tahun saya pisah dari ibu, hanya setahun sekali atau dua kali bisa ketemu. baca postingan ini bikin makin kangen, :)
BalasHapusAlhamdulillah kalau beliau masih sehat rindu masih bisa terobati, yuk selagi masih ada banyak kesempatan bermesraanlah dengan beliau.
Hapusterus berkarya uti....semangat
BalasHapusTerima kasih untuk semangat dan apresiasinya mampir disini.
BalasHapusAlhamdulillah masih didampingi oleh seorang ibu..Bisa birulwalidai dan memiliki ladang ibadah yang luar biasa.Saatnya memanjakan ibu..seperti dia memanjakan kita ketika kecil.
BalasHapusbudhe guru...salamkenal dulu ya..
BalasHapusbaca ini aku merasa berdosa banget nggak pinter sama ibuku :(
Ya berbahagialah masih ada ibu yang mendampingi dirimu. Ia menjadi ladang amalmu dan segalanya bagimu..
HapusBude guru suka dengan tulisanmu di blogmu..terus berkarya ya nduk..